Cerita ini saya dapatkan ketika masa SMU dulu, diceritakan oleh guru agama saya. Kadang seorang kyai disebut karena kebiasaannya. Ada yang disebut kyai ‘Alhamdulillah’, karena keseringan ngucap Alhamdulillah. Begitu juga ada Kyai ‘Astaghfirullah’, Kyai ‘Subhanallah’ dll.
Nah, kali ini ada seorang kyai yang kita sebut kyai ‘Qulhu’. Pasalnya, setiap kali mengimami shalat jamaah, pasti surat Qulhu (alias Surat Al Ikhlas) menjadi surat favorit yang selalu dibacanya. Karena kebiasaan inilah, secara tidak sengaja terbentuk opini publik yang menjulukinya kyai Qulhu, walaupun sang kyai tidak pernah tahu.
Pada suatu hari, ketika waktu tiba shalat, dua santri yang tengah bersiap untuk menunaikan shalat berbincang di tempat wudlu.
“Siapa neh imamnya?”
“Siapa lagi kalo bukan kyai Qulhu”
Sang imam kebetulan mendengar perbincangan kedua santri tersebut. Ia merasa tersinggung disebut demikian, maka ia berniat akan memberi ‘pelajaran’ terutama bagi santri yang mengejeknya tersebut.
Tibalah giliran waktu shalat. Kedua santri itu pun tengah berada di barisan untuk ikutan shalat. Setelah sang imam menyelesaikan bacaan Al Fatihah, gilirannya untuk membaca surat. Di dalam hati, kedua santri itu sudah pasti membayangkan, bahwa imamnya pasti akan membaca surat Al Ikhlas yang menjadi favoritnya selama ini. Surat pendek yang hanya terdiri dari 4 ayat tersebut.
Namun tanpa diduga sebelumnya, sang kyai yang menjadi imam itu membaca surat Yaasiin. Kebayang kan surat itu lumayan panjang, sampe 83 ayat. Waduh! Dua santri itu udah pucat mukanya. Mereka merasa menyesal menyebut sang imam sebagai kyai Qulhu. Mungkin sang imam mendengar pembicaraan mereka ketika di tempat wudlu tadi. Keringatnya mulai bercucuran, membayangkan bahwa rakaat shalatnya akan begitu panjaaaang dan lamaaa…. hehehe..
Mulailah sang imam membaca surat dengan nyaring, “Yaaasiiiin”. Duh, pasti lama deh. Tapi tanpa diduga sebelumnya, sang imam langsung bertakbir untuk ruku’ “Allahu Akbar”
Hahaha.. ternyata sang imam hanya membaca satu ayat saja dari surat Yaasiin yang cukup panjang. Santri pun kecele. Ini mah lebih pendek dari surat Al Ikhlas. Hihihi… [i@R]
No comments:
Post a Comment