Monday, December 8, 2014

Wasiat Mbah Kiai Arwani


Saya punya temen, Gus Hikam asal Wates. Ya namanya santri eMHa (maksudnya, Madrasah Huffadh), kami sering simak-simakan hafalan masing-masing. Nah, suatu hari, saya lihat di Mushaf punya Hikam ini terselip kertas kecil yang dilaminating, ada tulisannya.

Di bagian depan kertas, tertera kop "Kartu Musyafahah Al-Quran; MUS-YQ Kwanaran Kudus; Muassassah Al-Arwaniyyah; Ponpes Yanbu'ul Quran Kudus". Kemudian ada juga identitas pemegang kartu lengkap dengan alamatnya.

Sedaangkan di sebaliknya, ada hasil scan tulisan tangan berupa Huruf Pegon (tulisan yang beraksara Arab berbahasa Jawa). Karena penasaran, saya nanya ke Hikam,
"Gus, ini tulisan apa?"
"Itu tulisannya Mbah Arwani.."
Mbah KH Muhammad Arwani Amin, Kudus
"Mbah Arwani Amin muridnya Mbah Munawwir?"
"Ho'oh.."
"Wah.. isinya apa?"
"Lha yo dibaca tho.. itu nasehat beliau buat para santri Quran.."
"Wah, saya boleh ikut baca Gus? Kan bukan santri Yanbu'?"
"Ah ya nggak apa-apa.. itu kan wasiat umum buat para penghafal.. lha lagian Pak Kiai kita (KHR Abdul Qodir Munawwir) kan juga muridnya Mbah Arwani tho?"


Akhirnya, dengan terbata-bata saya baca tulisan itu, agak susah dimengerti sih karena goresan tangan yang 'alami'. Begini kira-kira isi wasiat beliau;

"AKU WEKAS KARO SLIRAMU: WIWIT MONGSO IKI SLIRAMU SABEN-SABEN DERES SUPOYO TARTIL. MERGO SENEJAN MUNG SETITIK NANGING TARTIL IKU LUWIH UTAMA LAN MANFA'AT TINIMBANG OLIH AKEH NANGING ORA TARTIL.

MULO WIWIT SAIKI DIBIASAAKEN SING TARTIL SENEJAN MUNG OLIH SA'JUZ RONG JUZ SEDINO. PENGENDIKANE SOHABAT 'ABDULLOH BIN 'ABBAS MENGKENE LA AN AQRO-A SUROTAN UROTTILIHA AKHABBU ILAYYA MIN AN AQRO-AL QUR-AANA KULLAHU.

KEJOBO IKU SING WIS KELAKON TUR NYOTO, YEN KULINONE DERES TARTIL IKU SA'MONGSO-MONGSO KEPENGIN DERES RIKAT TEMTU BISO. NANGING SEBALIKE YEN BIASANE DERES RIKAT BAHAYANE IKU YEN DEWEKE DIKON DERES TARTIL TEMTU ORA BISO JALAN. MULO SLIRAMU YEN ATI-ATI YEN DERES.

CUKUP SEMENE WASIATKU. (tanda tangan beliau)"

Kira-kira artinya begini;

"Aku berpesan kepadamu: mulai sekarang setiap kali kamu 'deres' supaya 'tartil'. Karena meskipun dapat sedikit tapi tartil itu lebih utama dan bermanfaat daripada dapat banyak tapi tidak tartil. Makanya mulai dari sekarang dibiasakan yang tartil walau hanya dapat satu atau dua juz sehari.

Sabda Shahabat 'Abdullah bin 'Abbas begini: Jika aku membaca satu surat dengan tartil adalah lebih aku sukai daripada membaca seluruh Al-Quran.

Selain itu hal yang sudah nyata, jika terbiasa deres tartil sewaktu-waktu ingin deres cepat tentu bisa. Tapi sebaliknya jika terbiasa deres cepat bahayanya jika disuruh deres tartil tentu tidak bisa jalan. makanya kamu hati-hati kalau deres. Cukup sekian wasiatku. (tanda tangan beliau)."

---

Wah, memang benar dhawuh Mbah Arwani. Semoga kita semua bisa istiqomah deres. Sebagaimana diistilahkan Kang Syamsul Huda (Santri eMHa, mahasiswa Sastra Inggris); "NDERES NGANTI MENCRET", atau istilah saya; "NDERES SA' MODARE".. aamiin :)

Ila Hadhrotin Nabiyyil Musthofa wa khushushon ilas Syaikh Muhammad Arwani Amin al-Kudsiy; al-Faatihah..

Keterangan;
- "Nderes" adalah kegiatan santri untuk menjaga hafalan al-Qurannya dengan cara mengulang-ulang setiap hari secara kontinyu, atau istilah arabnya; Muroja'ah atau Takrir
- "Tartil" adalah cara membaca al-Quran sesuai dengan tata aturan Tajwid beserta memperhatikan Makhorijul Akhruf, sehingga tidak terjadi kesamaran kata ataupun hilangnya kata-kata tertentu dalam bacaan. Dan membaca tartil ini relatif susah bila dilafalkan dengan tempo cepat, harus pelan.

:: Krapyak, Malam Purnama, November 2011 ::

No comments:

Post a Comment